بِسْــــمِ اﷲِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
RUMAH Rasulullah saw sering dibanjiri para tamu. Mereka datang untuk suatu hajat tertentu atau untuk mendengar nasihat serta bimbingan. Hari itu Jarir bin Abdullah Al-Bajli agak terlewat datang ke rumah Rasulullah saw. Para sahabat yang lain sudah lebih dahulu datang dan duduk bersesak-sesak di rumah nabi yang sederhana itu. Kerana terlambat, Jarir lantas duduk di serambi rumah Nabi tanpa alas.
Melihat Jarir yang duduk tanpa alas, Nabi saw melepaskan serban yang ada di bahunya lalu memberikan nya kepada Jarir. "Hai Jarir, duduklah di atas serbanku ini!" kata Nabi saw.
Jarir mengambil serban itu, lalu mengusap-usapkan ke wajahnya sambil menangis terharu. Dilipatnya serban tersebut seperti asal dan dikembalikannya kepada Rasulullah saw.
"Tidak mungkin aku akan duduk di atas pakaianmu wahai Nabi Allah. Semoga Allah memuliakanmu sebagaimana Baginda memuliakan aku." Kata Jarir terharu.
Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, Rasulullah saw bersabda: "Apabila datang kepada kalian seorang tamu yang mulia, maka muliakanlah dia; dan apabila datang kepada kalian seorang yang ada hajat atau hak terhadap kalian, maka muliakanlah dia."
Melihat Jarir yang duduk tanpa alas, Nabi saw melepaskan serban yang ada di bahunya lalu memberikan nya kepada Jarir. "Hai Jarir, duduklah di atas serbanku ini!" kata Nabi saw.
Jarir mengambil serban itu, lalu mengusap-usapkan ke wajahnya sambil menangis terharu. Dilipatnya serban tersebut seperti asal dan dikembalikannya kepada Rasulullah saw.
"Tidak mungkin aku akan duduk di atas pakaianmu wahai Nabi Allah. Semoga Allah memuliakanmu sebagaimana Baginda memuliakan aku." Kata Jarir terharu.
Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, Rasulullah saw bersabda: "Apabila datang kepada kalian seorang tamu yang mulia, maka muliakanlah dia; dan apabila datang kepada kalian seorang yang ada hajat atau hak terhadap kalian, maka muliakanlah dia."
No comments:
Post a Comment