بِسْــــمِ اﷲِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
TERCATAT dalam sejarah Islam pada tahun lapan puluh lapan, pada saat pasukan Islam yang akan berjihad ke Negeri Rom ada salah seorang di antara mereka yang kuat dalam beribadah. Tiap hari ia berpuasa, tiap malam ia bangun dan mengerjakan solat malam dan jika ia sedang berjalan-jalan ia selalu membaca Al-Quran dan apabila ia sedang diam di dalam khemah ia selalu berzikir. Orang tersebut bernama Said bin Harits.
Pada suatu malam Said bin Harits dan seorang temannya baernama Hisyam bin Yahya mendapat giliran untuk berjaga dari serangan musuh, maka selama dalam tugasnya itu Said terus beribadah semalam suntuk sampai terbit fajar, sehingga Hisyam bin Yahya menasihatinya: “Wahai Said, engkau harus merehatkan badanmu, sebab itu adalah hakmu.”
Mendengar ucapan Hisyam, Said menjawab sambil menangis: “Sahabatku, ini hanya beberapa nafas sahaja yang dapat dihitung dan umur yang akan habis dari hari yang segera akan berlalu sedang kita hanya menantikan maut dan berlumba menghadapi keluarnya roh.”
Ketika mendengar jawapan itu, Hisyam pun menangis lalu berkata: “Aku bersumpah dengan nama Allah, masuklah engkau ke dalam khemah untuk istirehat.”
Maka Said pun masuk ke dalam khemah lalu tidur. Sedang Hisyam duduk sendirian di depan khemah. Akan tetapi tiba-tiba dari dalam khemah. Hisyam kemudiannya pergi ke dalam khemah melihat apa yang terjadi. Ternyata tidak ada seorangpun di dalam khemah itu melainkan Said bin Harits. Dalam tidurnya Said berkata sambil tertawa: “Saya tidak suka kembali!” Kemudian menghulurkan tangan kanannya dan menariknya dengan perlahan-lahan sambil tertawa lalu melompat bangun dari tidurnya. Maka segera Hisyam mendakapnya sampai Said kembali sedar dari ingatannya. Setelah sedar, Said mengucapkan tahlil dan takbir, kemudian Hisyam bertanya kepada Said:
“Ada apa hai Said dalam tidurmu? Ceritakanlah padaku, dalam tidurmu engkau berkata: “Aku tidak akan kembali.” Kemudian engkau menghulurkan tanganmu kepadaku dan menariknya perlahan-lahan.”
Said berkata: “Aku tidak akan memberitahukannya kepadamu.” Kemudian Hisyam bersumpah Demi Allah tidak akan menceritakannya kepada orang lain.
Kemudian Said bertanya: “Apakah engkau berjanji tidak akan membuka rahsia ini selama hidupku?”
Hisyam menjawab: “Sungguh aku tidak akan menceritakannya kepada orang lain.”
Maka Said bin Harits menceritakan mimpinya itu kepada Hisyam. Ia berkata:
“Aku bermimpi seolah-olah telah tiba hari kiamat dan semua orang telah keluar dari kuburnya menunggu panggilan Allah. Tiba-tiba ada dua orang dating kepadaku lalu memberi salam dan keduanya berkata: “Terimalah khabar baik buatmu, bahawa Allah telah mengampuni dosa-dosamu, memuji usahamu, menerima amal baik dan doa-doamu. Oleh kerana itu marilah kita pergi agar kamu dapat melihat nikmat yang telah tersedia untukmu.”
Kemudian kedua orang itu membawaku keluar dari tempat kediamanku semula dan menyediakan kuda yang tidak serupa dengan kuda-kuda yang ada di dunia dan larinya pun bagaikan kilat lalu aku mengenderainya sampai ke satu bangunan yang tinggi dan megah. Ketika sampai di depan pintunya, maka pintu itu terbuka dengan sendirinya dan aku masuk ke dalam bangunan itu lalu penghuninya iaitu bidadari serta pelayan menyambut kedatanganku dan salah seorang dari mereka berkata: “Itu kekasih Allah telah tiba, maka ucapkanlah selamat dating kepadanya.”
Kemudian aku berjalan sehingga sampai ke suatu ruangan tempat tidur yang bertaburan permata dengan kerusi yang terbuat dari emas, lalu kedua orang itu berkata: “Inilah tempatmu dan keluargamu, semua ini hanya untukmu.”
Setelah berkata demikian, maka kedua orang itu pergi meninggalkan aku di tengah-tengah bidadari dan gadis-gadis yang cantik kemudian aku bertanya:”Di manakah aku ini?”
Jawab mereka: “Ini adalah Jannatul Ma’wa.”
Lalu aku bertanya: “Siapakah engkau ini?”
Mereka menjawab: “Aku isterimu yang kekal.”
Aku bertanya lagi: “Sekarang di mana yang satunya lagi?”
Mereka menjawab: “Di gedungmu yang satu lagi.”
Aku berkata: “Aku akan tinggal bersamamu hari ini dan besok aku akan pindah pada yang lainnya.” Lalu aku hulurkan tanganku padanya, akan tetapi mereka menolak dengan halus sambil berkata:
“Kini kamu harus kembali ke dunia dan akan tinggal tiga hari lagi,” Kemudian aku berkata: “Saya tidak suka kembali.”
Mereka menjawab: “Engkau harus kembali, dan sesudah tiga hari engkau kembali lagi ke tempat ini.”
Lalu ia bangun dari tempat duduknya dan akupun bangun untuk memberi selamat.
Demikianlah mimpiku, hingga aku terbangun dari tidurku. Mendengar cerita itu Hisyam bin Yahya menangis dan berkata:
“Beruntunglah engkau Said, bersyukurlah kepada Allah bahawa Allah telah memperlihatkan pahala amal baikmu.”
Lalu Said bertanya: “Apakah ada orang lain yang melihat kejadian itu?” Hisyam menjawab: “Tidak ada.”
Lalu Said berkata: “Janganlah engkau ceritakan kepada orang lain sebelum aku mati atau selama hidupku.”
Setelah menceritakan mimpinya itu, kemudian Said berwudhu’ dan memakai minyak yang harum kemudian pergi menuju medan perang sambil berpuasa dan pada malam harinya Said seperti biasa melakukan solat malam dan pada pagi harinya kembali ke medan perang. Demikianlah ia lakukan selam tiga hari. Dan tepatlah pada hari terakhi (hari ketiga) saat matahari terbenam, tibalah anak panah tepat mengenai lehernya sehingga Said terjatuh dan meninggal sebagai syuhada’. Dan sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia menggigit bibirnya sambil tersenyum dan berkata:
“Alhamdulillaahilladzi shadaqana wa’dahu”
Setelah mengucapkan kata itu ia meninggal.
Demikianlah cerita, seorang pejuang yang memegang teguh akan keimanannya ia meninggal sebagai seorang syuhada’ dalam menegakkan agama Allah untuk mencapai nilai syahid sehingga ia pulang kepangkuan-Nya dan mendapatkan tempat yang penuh dengan kesenangan syurga Allah.
Mengenai keutamaan jihad dan pahalanya, Nabi Muhammad saw bersabda yang bermaksud:
“Berdirinya seorang dalam jihad fisabilillah itu lebih baik atau utama daripada solat sendiri di rumah selama tujuh puluh tahun. Apakah kamu tidak suka diampuni dan dimasukkan ke syurga? Berjuanglah fisabilillah, siapa yang berjihad fisabilillah meskipun selama hanya memeras unta, maka pasti ia akan mendapat balasan.” (Imam at-Tirmidzi)
No comments:
Post a Comment